Koperasi Mahasiswa (KOPMA) merupakan salah satu bentuk organisasi mahasiswa yang bertujuan mengembangkan perekonomian dan kesejahteraan anggotanya melalui prinsip-prinsip koperasi. Berbeda dengan organisasi mahasiswa lainnya, kopma lebih berfokus pada aspek ekonomi. Sayangnya, dalam perjalanan waktu, KOPMA sering dianggap teralienasi dari gerakan sosial mahasiswa lainnya, padahal keduanya memiliki potensi besar untuk saling memperkuat.
Pada awal pembentukannya, koperasi mahasiswa bertujuan mengembangkan ekonomi di kalangan mahasiswa. KOPMA menjadi wadah bagi mahasiswa untuk belajar pengelolaan bisnis, bertanggung jawab secara finansial, dan berkolaborasi secara produktif. Di samping itu, KOPMA sering kali menjadi alternatif bagi mahasiswa untuk mendapatkan kebutuhan pokok dengan harga terjangkau.
Kenapa Koperasi Mahasiswa Teralienasi dari Gerakan Sosial? Menurut padangan penulis ada beberapa faktor yang menyebabkan KOPMA sering dianggap terasing atau tidak terlihat aktif dalam gerakan sosial. Pertama, fokus utama KOPMA pada kegiatan ekonomi membuatnya sering kali tidak dianggap relevan oleh kelompok-kelompok mahasiswa yang lebih banyak bergerak di isu-isu sosial atau politik. Fokus KOPMA pada aspek bisnis dan keuntungan terkadang membuatnya dianggap lebih “pragmatis” dibandingkan dengan organisasi sosial lainnya.
Kedua, KOPMA juga menghadapi tantangan dalam menghadapi ekspektasi anggota dan publik. Banyak mahasiswa yang mengharapkan koperasi sebagai wadah bisnis semata, bukan wadah advokasi atau gerakan. Hal ini membuat KOPMA mengalami kesulitan untuk menyesuaikan perannya dalam gerakan sosial mahasiswa secara lebih luas.
Padahal, koperasi mahasiswa memiliki peran strategis dalam mendukung dan memperkuat gerakan sosial. Sebagai organisasi ekonomi, KOPMA bisa memberikan dukungan finansial atau logistik bagi gerakan mahasiswa, misalnya melalui bantuan dana, fasilitas, atau kebutuhan sehari-hari dengan harga terjangkau bagi mahasiswa yang bergerak di bidang sosial.
Selain itu, KOPMA juga bisa menjadi media bagi mahasiswa untuk belajar dan memahami isu-isu keadilan ekonomi. Jika KOPMA memperluas perannya dan aktif menyuarakan kepedulian terhadap isu sosial seperti ketimpangan ekonomi, pemberdayaan masyarakat, dan keadilan sosial, kopma dapat menjadi bagian integral dari gerakan sosial di kampus.
Untuk mengatasi keterasingan KOPMA dalam gerakan sosial, ada beberapa langkah yang bisa diambil. Pertama, KOPMA dapat memperkuat kolaborasi dengan organisasi mahasiswa lain untuk meningkatkan solidaritas. Ini bisa dilakukan melalui kegiatan bersama atau kolaborasi dalam advokasi isu sosial tertentu.
Kedua, KOPMA perlu mempromosikan nilai-nilai keadilan sosial, demokrasi ekonomi, dan kebersamaan yang menjadi inti dari gerakan koperasi. Hal ini akan membantu mahasiswa melihat KOPMA sebagai bagian dari perjuangan mereka, bukan sekadar unit bisnis.
Ketiga, pengembangan program pendidikan mengenai peran koperasi dalam perubahan sosial dapat diberikan kepada anggota KOPMA. Dengan pemahaman ini, anggota KOPMA dapat berperan lebih aktif dalam berbagai gerakan sosial yang mendukung kesejahteraan kolektif.
Keterasingan koperasi mahasiswa dalam gerakan sosial merupakan tantangan yang harus dihadapi secara kolektif oleh KOPMA dan komunitas mahasiswa. Dengan membuka diri terhadap isu sosial dan menjalin sinergi dengan organisasi lain, KOPMA dapat kembali mengukuhkan posisinya sebagai bagian integral dari gerakan mahasiswa. Keterlibatan KOPMA dalam gerakan sosial bukan hanya memperkuat gerakan itu sendiri, tetapi juga memperdalam komitmen KOPMA terhadap prinsip koperasi yang inklusif dan berkeadilan.
Dengan demikian, KOPMA bisa menjadi lebih dari sekadar organisasi ekonomi, tetapi juga berperan sebagai motor penggerak perubahan sosial di kalangan mahasiswa.