Isra’ Mi’raj dijelaskan sebagai perjalanan Nabi Muhammad Saw dari Masjidil haram ke Masjidil aqsa (Isra) lalu menuju ke Sidratul muntaha (Mi’raj). Peristiwa ini terjadi pada 27 Rajab tahun kesepuluh kenabiannya. Saat itulah Nabi mendapatkan perintah shalat. Dikisahkan perjalanannya ini dilatarbelakangi karena wafatnya Sayyidina Khadijah.
Perjalanan ini merupakan perjalanan terjauh yang pernah dilakukan oleh manusia dengan durasi waktu yang begitu singkat. Bahkan dengan bantuan alat canggih pun, manusia sekarang hanya bisa sampai ke Bulan dengan durasi persiapan begitu lama.
Menurut fisikawan asal Austria, Ludwigg Flamm, teori relativitas Einstein menyatakan perpindahan ruang dan waktu secara cepat bisa dilakukan. Dalam bayangannya, keadaan dimensi ruang dan waktu itu ibarat kita menekuk kertas dan menembusnya dengan pensil. Ini menunjukkan manusia dapat menjelajahi alam semesta, sekali pun hal ini hanya sebatas teori.
Selaras dengan yang diberitakan IFL Science, manusia bisa melakukan penjelajahan semesta dengan bantuan wahana canggih jutaan tahun mendatang. Namun, lagi-lagi hal itu hanya asumsi belaka yang tidak dapat kita kontrol bagaimana akhirnya. Dengan kata lain, hal itu masih sangat mustahil.
Perjalanan yang begitu cepat dalam sains hanya dapat dilakukan oleh cahaya dengan kecepatan 300 ribu kilo meter per detik. Tidak ada objek yang kecepatannya dapat melebihi alam semesta. Namun perjalanan Nabi Muhammad Saw menuju Sidratul Muntaha yang dijelaskan sebagai akhir dari langit hanya dalam kurung waktu semalam. Perjalanan yang menembus ruang dan waktu, melebihi kecepatan cahaya. Padahal faktanya dalam sains, manusia memiliki batas dalam menerima tekanan saat bergerak disebabkan semakin cepat berlalu maka akan semakin besar tekanan yang harus diterima oleh manusia. Tentunya hal itu dapat menghambat gerak manusia.
Lalu bagaimana sebenarnya misteri di balik Isra Mi’raj? Bagaimana bisa tanpa bantuan alat canggih peristiwa itu dapat terjadi? Wallahu a’lam bishawab
#peringatan isra mi’raj 27 Rajab 1443 H