(Oleh : Andy Feri)
Hari Pendidikan Nasional merupakan hari dari jati diri bangsa sebagai modal awal dari berkembangannya suatu bangsa. Bangsa yang besar adalah bangsa yang peduli akan pendidikan. Dimana pendidikan tersebut merupakan hak yang harus diperoleh oleh setiap generasi penerus bangsa. Sebagaimana hari pendidikan nasional yang diperingati setiap 2 Mei yang telah dicetuskan oleh tokoh besar pendidikan, Ki Hajar Dewantara dengan filosofinya, Ing Ngarso Sun Tolodo (menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan bagi orang-orang di sekitarnya), Ing Madyo Mbangun Karso (seorang pemimpin harus mampu membangkitkan atau menggugah semangat, serta memberikan inovasi-inovasi di lingkungan tugasnya dengan menciptakan suasana kerja yang lebih kondusif untuk keamanan dan kenyamanan kerja), dan Tut Wuri Handayani (seorang pemimpin harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang).
Setiap tanggal 2 Mei bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Keberadaan Hari Pendidikan Nasional pun tidak terlepas dari sosok pejuang pendidikan di zaman kolonial yaitu Ki Hadjar Dewantara. Hari pendidikan nasional merupakan hari nasional yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia untuk memperingati hari kelahiran Ki Hadjar Dewantara yang juga merupakan sosok pendiri lembaga pendidikan Taman Siswa.
Ki Hadjar Dewantara adalah pahlawan Indonesia, beliau juga berperan penting dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Ia mendirikan perguruan Taman Siswa yang menjadi tempat bagi penduduk pribumi biasa untuk menikmati pendidikan yang sama dengan orang-orang dari kasta yang lebih tinggi. Hal tersebut dikarenakan pada masa penjajahan Belanda, pendidikan adalah hal yang sangat langka dan hanya untuk orang terpandang (keluarga priyayi) dan orang asli Belanda yang diperbolehkan untuk mendapat pendidikan.
Dia juga terkenal dengan tulisannya yang menyebabkan Dia sering terlibat dalam masalah dengan Belanda. Hal tersebut karena tulisan-tulisan Ki Hadjar Dewantara yang tajam dan ditujukan untuk mengkritik pihak Belanda. Tulisannya yang terkenal adalah Als Ik Eens Nerderlander yang berarti Seandainnya Saya Orang Belanda. Dia pun pernah diasingkan ke Pulau Bangka oleh pihak Belanda. Namun akhirnya Ki Hadjar Dewantara mendapatkan bantuan dari Cipo Mangoenkoesumo dan Douwesc Dekker yang meminta pemerintahan agar Ia dipindahkan ke Belanda. Setelah beliau kembali ke tanah air Indonesia, beliau mendirikan Perguruan Nasional Taman Siswa pada tanggal 3 Juli 1922. Lembaga ini kemudian menjadi tolak ukur dari awal konsep pendidikan nasional Indonesia.
Ditengah susahnya akses pendidikan, para pelajar Indonesia sanggat sunguh-sungguh belajar, walaupun tahurahan nyawa sekalipun. Mereka siap berjuang untuk mencari ilmu dan mencerdaskan masyarakat yang belum beruntung mengakses pendidikan. Namun apa kabar pendidikan saat ini ?
Seharusnya Indonesia sudan mandiri dalam Pendidikan sebagai tonggak dan fondasi utama negara. Kenyataanya Pendidikan hanyalah dijadikan sebagai alat komersialisasi untuk mengambil keuntungan. Uang sekolah mahal, dana riset banyak yang dikorupsi, rendahnya angka melek huruf, rendahnya minat baca, adalah contoh pendidikan Indonesia yang sedang tidak baik-baik saja. Seiring hal tersebut, nama suci Pendidikan sering kali tercemar dengan adanya praktik-praktik tidak senonoh yang dipertunjukkan oleh kaum pendidik maupun pelajar itu sendiri. Praktek nepotisme, mencontek, tindakan indisipliner, dan segala bentuk sifat amoral masih menimpa pendidikan Indonesia saat ini. Seharusnya pendidikan menjadi wadah pertama pembangunan karakter baik tenaga pendidikan maupun pelajar itu sendiri.
Sudah sepatutnya kita sebagai anak bangsa merasa malu dengan kondisi Pendidikan Indonesia saat ini yang sudah hampir berada di tatanan krisis, dimana harus ada penanganan khusus untuk menyelamatkannya. Pengaruh besar yang mengobrak-abrik pendidikan adalah pengaruh internal yang ditandai dengan ketidaksiapan pelajar dalam menanggapi perubahan yang semestinya tidak mereka saksikan. Sebagai contoh pengarun internal yang secara positif memudahkan pelajar dalam mengakses informasi, justru dijadikan sebagai media yang tidak seharusnya digunakan. Situs-situs tak layak tonton menjadi racun bagi pelajar saat ini. Game-game yang menguras waktu dan uang mengajarkan keborosan dan kesia-siaan akan waktu yang seharusnya dijadikan sebagai ajang upgrade diri. Miris, dirasakan ketika pelajar-pelajar lebih memilih boros dari pada menuntut ilmu di kelas. Lalu ini salah siapa ?
Tahun 2020 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memilih tema Hardiknas 2020 yaitu “Belajar Dari Covid-19” hal tersebut membuat kita kembali melihat situasi negara Indonesia yang sekarang tengah dilanda oleh pandemik virus cerona yang mematikan, yang membuat segala aktivutas kita terhambat bahkan sulit untuk dilakukan. Pada tahun-tahun sebelumya kita dapat memperingati hari pendidikan nasional dengan berbagai kegiatan baik itu di sekolah maupun di perguruan tinggi lainnya dengan mengadakan upacara bendera. Namun hal yang berbeda pula dengan tahun ini, hari pendidikan di tahun 2021 kita hanya dapat memperingatinnya dari rumah saja. Meskipun begitu tidaklah mengurangi makna dari hari pendidikan tersebut.
Bumi yang penuh dengan kecemasan dan Indonesia yang masih terus berusaha berjuang untuk mengatasi wabah Virus corona ini, membawa kita sebagai pelajar ataupun mahasiswa untuk tidak selalu mengeluh dalam menjalankan tugas kita. Apa lagi di tengah maraknya Covid-19 ini yang membuat kita sangat sulit untuk belajar secara langsung atau tatap muka. Meskipun hal tersebut menjadi hanbatan besar bagi kaum pelajar saat ini, tetapi kita haruslah tetap dituntut kreatif dalam menempuh pendidikan di masa wabah virus corona ini.
Tidak hanya menjadi kaum pelajar yang melakukan aktivitasnya sepanjang hari dengan rebahan saja, namun ada banyak hal yang dapat kita lakukan agar menjadi pelajar yang bermanfaat bagi negara dan bangsa ini. Sebagai contoh nyata yang dapat kita lakukan ditengah Covid-19 ini adalah belajar dari rumah dan patuhui physical distanting dari pemerintah. Serta bisa melakukan aktivitas berkarya sesuai hobi dan talentanya masing-masing. Akhir Kata, “sebuah cahaya tidak akan bisa menerangi kegelapan, apabila tidak ada manusia yang cerdas dan tekun belajar untuk memposisikan cahaya tersebut ditempat yang gelap untuk menjadi terang”. Selamat Hari Pendidikan Nasional!