(Oleh: Abdullah)
Akhir-akhir ini ramai diperbincangkan tengah masyarakat soal dugaan aksi terorisme yang telah terjadi dua kali dalam sepekan ini. Pertama aksi bom bunuh diri di ibu kota Sulawesi selatan, kota Makassar tepatnya di depan gereja Katedral, jalan Kajaolalido, minggu tanggal 28 Maret 2021.
Tidak cukup berselang sepekan, kejadian serupa lagi-lagi membuat heboh tanah air, ya terjadi lagi aksi dugaan terorisme di Markas besar (mabes) Polri, Jakarta Selatan pada tanggal 31 Maret 2021. Sementara ini pelaku diduga adalah seorang wanita.
Dari dua kejadian tersebut mengindikasikan, bangsa kita telah disusupi oleh paham radikalisme yang berujung pada aksi terorisme. Lalu bagaimana menyikapi paham dan aksi tersebut? Paham tang menganggap bahwa jihad sebagai puncak keislaman dan menganggap jihad hanya berarti perang (qital).
Menurut penulis ada banyak cara menyikapi (solusi) hal tersebut, diantara-Nya memperkuat materi moderasi beragama di setiap instansi pendidikan baik tingkat dasar hingga tingkat tinggi. Perlu adanya penguatan materi moderasi beragama dalam kurikulum sekolah dan perguruan tinggi.
Namun kali ini penulis tidak fokus pada pembahasan tersebut, disini penulis akan lebih menguraikan puncak keislaman seseorang adalah tasawuf bukan jihad. penulis menguraikan hal tersebut sebab aksi terorisme belakangan ini seringkali dikaitkan dengan masalah jihad.
Apa itu jihad? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, jihad adalah usaha dengan segala daya upaya untuk mencapai kebaikan. Jihad bukan hanya diartikan sebagai qital atau perang namun lebih daripada itu yang telah disebutkan.
Bahkan sebagai contoh, seorang mahasiswa yang berusaha berjalan dari rumah ke kampusnya itu dapat disebut berjihad, orang tua kita yang sedang berusaha menafkahi anaknyapun dapat disebut berjihad, berdagang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dapat pula dimaknai sebagai jihad. Artinya, segala usaha untuk mencapai kebaikan itulah yang disebut jihad.
Pada akhirnya semua orang yang berusaha dalam mewujudkan kebaikan atau kemanfaatan itu disebut orang yang berjihad. Olehnya itu, penulis sebut bahwa sejatinya kita semua dalam kegiatan sehari-hari pun sudah dikatakan berjihad dengan cara masing-masing. Jika kegiatan itu bertujuan pada kebaikan maka itulah jihad.
Sisi lain, apa itu tasawuf? pada dasarnya ada beberapa pengertian daripada makna tasawuf namun pada intinya tasawuf adalah segala upaya seseorang dalam melatih jiwanya agar tidak terpengaruh dari kehidupan yang bersifat duniawi. Tasawuf dapat dilihat dari bagaimana seseorang bersikap (berakhlak).
Sederhananya penulis artikan bahwa tasawuf adalah akhlak yang mulia pada sesama manusia (habluminannas), kepada alam (habluminal alam) dan pada tuhan (Habluminallah).
Lebih lanjut, penulis sebut bahwa orang yang memiliki akhlak yang mulia maka sejatinya ia telah sampai taraf puncak keislamannya. Selaras dengan ungkapan ketua PBNU saat ini, KH. Said Aqil Siroj. Ia mengatakan, “Yang paling penting lagi yang dibawa Nabi Muhammad adalah peradaban, budaya, kemajuan. Puncaknya adalah kemanusiaan,”
Memanusiakan manusia adalah bagian dari akhlak yang mulia sehingga dari itu lagi-lagi penulis katakan bahwa puncak keislaman seseorang adalah tasawuf (akhlak) bukan jihad (usaha mencapai kebaikan).
Apa pembeda antara tasawuf dan jihad? Jihad merupakan rangkaian usaha untuk mewujudkan kebaikan sedangkan tasawuf adalah hasil dari usaha mencapai kebaikan tersebut, itulah disebut akhlak yang mulia.
Menganalisis lebih jauh, mengapa penulis berani menyebut bahwa tasawuf adalah puncak keislaman seseorang? Hal tersebut karena ada tiga tingkatan Islam (trilogi agama) itu sendiri. Pertama Iman, kedua Islam dan ketiga Ihsan.
Apa itu iman? Iman adalah segala hal yang berkaitan dengan batin seseorang termasuk dalam ini kepercayaan kepada Allah, malaikat, rasul, kitabnya dan kepercayaan lainnya. Sedangkan apa itu Islam? Islam adalah segala syariah atau tata cara mengerjakan amalan yang orang imani dan apa itu Ihsan? Ihsan adalah keadaan dimana seorang hamba ketika melakukan amalan ia merasa diperhatikan oleh Allah.
Ihsan disisi lain, disebut pula sebagai tasawuf atau akhlak. Seseorang yang telah sampai ke tingkatan Ihsan maka yakin dan percaya pelakunya akan selalu berhati-hati dalam setiap perbuatannya. Saat orang berhati-hati dalam berperilaku maka saat itulah lahirnya akhlak yang mulia.
Demikian istilah Ihsan dapat disebut pula dengan istilah tasawuf. Jadi tasawuf adalah tingkatan tertinggi keislaman seseorang. Tasawuf atau akhlak yang mulia adalah cerminan puncak keislaman seorang hamba.
Selaras dengan apa yang dikatakan oleh KH. Syaikuddin Rahman dalam satu kesempatan, ia menyebut bahwa “Ibarat bangunan rumah, iman sebagai fondamennya. Islam sebagai tembok dan bangunan lainnya. Sedangkan Ihsan adalah atap dan ornamen lainnya. Jadi ketiganya adalah satu kesatuan dan tidak bisa dipisahkan,”
Ia mengumpakan trilogi agama ini sebagai sebuah rumah yang mana pondasinya yakni Iman, tiang atau temboknya ialah Islam dan atapnya yaitu Ihsan (akhlak).
Lalu dimana posisi jihad itu sendiri? Mengamati makna dari kata jihad maka dapat penulis sebut bahwa ia sebagai tembok dalam perumpaan bangunan rumah. Artinya berada diposisi ke dua dalam trilogi agama yakni bagian dari Islam sedangkan Tasawuf/Ihsan berada di atasnya yakni seperti atap dalam sebuah perumpaan yang sama.
Demikian, menurut penulis terkait puncak keislaman adalah tasawuf bukan jihad yang sebagaimana dipahami oleh mereka yang di “sebelah.”